Jika anda menginginkan 'satu solusi' bagi ekspor dan impor anda, hubungi kami segera, kami akan melayani anda sebaik-baiknya...

Senin, 17 Januari 2011

Sang Guru Bangsa, Arsitek Pembawa Suara Moral

Sang Guru Bangsa - Ensiklopedi - Biografi Tokoh Indonesia

Arsitek Pembawa Suara Moral

KH. Ir. Salahuddin Wahid lahir di Jombang, 11 September 1942. Dia seorang Arsitek Pembawa Suara Moral. Pengasuh Pesantren Tebuireng, Ketua PBNU (1999-2004), Ketua MPP ICMI (2000-2005) dan Wakil Ketua Komnas HAM (2002-2007), ini memimpin Gerakan Integritas Nasional (GIN) yang dideklarasikan, Selasa, 11-1-2011 di Jakarta.

Gerakan Integritas Nasional (GIN) menyatakan keprihatinan atas rendahnya integritas para pejabat publik sehingga praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih mendominasi kehidupan bangsa baik di lingkungan pemerintahan maupun masyarakat. Gus Sholah, panggilan akrabnya, mengatakan bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki integritas.


Sebab, menurutnya, saat ini telah terjadi krisis kepemimpinan.
"Karena itu,kami akan mencari dan memboyong bibit-bibit muda yang memiliki integritas tinggi untuk menjadi calon pemimpin masa depan,” ujar Gus Sholah saat deklarasi berdirinya Gerakan Integritas Nasional (GIN) di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, (Selasa, 11/1/2011) di Jakarta.

GIN dideklarasikan sejumlah tokoh antara lain Ahmad Syafii Maarif, Shalahuddin Wahid (Gus Sholah), Pendeta Natan Setiabudi, Bambang Ismawan, Putut Prabantoro, Kasturi Sukiadi, Parni Hadi, Wisnubroto, Theresia Kristianty, Mayjen TNI (Pur) Sudrajad dan Teguh Santosa.

Deklarasi GIN itu diisi diskusi kebangsaan “Kepemimpinan di Tengah Bencana”. Selain Syafii Maarif, tampil sebagai pembicara adalah Salahuddin Wahid ( yang didaulat menjadi Ketua Umum GIN), Pendeta Natan Setiabudi (jadi Sekretaris GIN), Jend. (P) Endriartono Sutarto (Mantan Panglima TNI), Richard Bagun (Pemred Harian Kompas) dan moderator Putut Prabantoro (anggota GIN).
Sebelum pendeklarasian GIN, Gus Solah mengungkapkan bahwa di Pesantren Tebuireng, 23 November 2010, berlangsung pertemuan mengenang Gus Dur dan renungan tentang nilai-nilai kepahlawanan. Beberapa tokoh agama, yakni Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia Mgr Martinus Situmorang, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Pendeta Andreas Yewangoe, Djohan Effendi, bersama dia sendiri berbincang tentang keresahan masyarakat terkait kondisi bangsa.

Pada kesempatan itu, disepakati pertemuan berikut 8 Desember 2010 di kantor Konferensi Wali Gereja Indonesia. Pertemuan ini juga dihadiri mantan Ketua PP Muhammadiyah Buya Ahmad Syafii Maarif dan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, serta Pendeta Natan Setiabudi.

Lalu, pada 3 Januari 2011, Syafii Maarif menulis kolom di Harian Kompas berjudul 'Tahun 2011 bagi Indonesia" yang kemudian dirilis di Kolom Opini Syafii Maarif di TokohIndonesia.com dengan judul 'Jika Merasa Benar di Jalan Sesat!' Setelah itu, pertemuan berlanjut pada Senin, 10 Januari 2011 di kantor PP Muhammadiyah Jakarta karena keresahan dirasa makin meningkat akibat terungkapnya perilaku tercela aparat penegak hukum terkait kasus Gayus.

Dalam pertemuan ini, selain nama-nama di atas, juga hadir tokoh Buddha Biksu Sri Pannyavaro, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia I Nyoman Udayana Sangging, dan rohaniwan Katolik Romo Franz Magnis-Suseno. Pada pertemuan di Kantor PP Muhammadiyah dicanangkan tahun 2011 sebagai tahun perlawanan atas kebohongan.

Pada kesempatan itu para aktivis pemuda membacakan pernyataan sembilan kebohongan lama dan sembilan kebohongan baru pemerintahan Presiden SBY. Lalu, serta merta timbul kehebohan karena media memberitakan bahwa sejumlah tokoh bicara tentang kebohongan pemerintah.

"Walaupun rancangan pernyataan terbuka sebagai kesimpulan pertemuan belum dibacakan karena masih perlu dibahas," urai Gus Sholah [1].
Lalu, tepat tanggal 11-1-2011, diadakan diskusi kebangsaan “Kepemimpinan di Tengah Bencana” di Gedung Stovia, Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, yang juga dihadiri Jend. (P) Endriartono Sutarto (Mantan Panglima TNI). Pada kesempatan ini dideklarasikan Gerakan Integritas Nasional.
Salahuddin Wahid adalah adik dari mantan Presiden KH. Abdurrahman Wahid. Calon Wakil Presiden 2004 (mendampingi Wiranto) ini lulusan sarjana Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) dan telah mengikuti berbagai seminar dan pelatihan kepemimpinan. Penulis lepas pada berbagai media, ini menjabat Wakil Ketua Komnas HAM (2002-2007), Anggota MPR (1998-1999).

Dia pun pernah aktif sebagai Assosiate Director Perusahaan Konsultan Properti Internasional (1995-1996), Direktur Utama Perusahaan Konsultan Teknik (1978-1997) dan Direktur Utama Perusahaan Kontraktor (1969-1977).
Sejak remaja, putera KH Wahid Hasjim, ini sudah gemar dan terlatih berorganisasi. Tahun 1957-1961 sudah aktif di Kepanduan Ansor. Semasa menempuh pendidikan di SMAN 1 Jakarta, dia menjabat Wakil Ketua OSIS (1961-1962).

Ketika mahasiswa Arsitektur ITB, dia pun aktif sebagai Anggota pengurus Senat Mahasiswa (1963-1964) dan Bendahara Dewan Mahasiswa ITB (1967). Juga aktif di Komisariat PMII ITB (1964-1966) dan menjabat Wakil Ketua PMII Cabang Bandung (1964-1966).

Selain itu, dia aktif sdi Dewan Pengurus Pendaki Gunung Wanadri (1966-1967). Sebagai seorang arsitek, dia menjadi Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (1973-sekarang), Anggota Persatuan Insinyur Indonesia (1988-sekarang), Ketua DPD DKI Indkindo (Ikatan Konsultan Indonesia) tahun 1989-1990, Sekretaris Jenderal DPP Inkindo (1991-1994), Pemred Majalah Konsultan (1993-1994), Wakil dalam Pertemuan Konsultan Internasional, dan Ketua Departemen Konsultan Manajemen Kadin (1994-1998), serta ikut mendirikan Ikatan Konsultan Manajemen Indonesia (1995).

Tahun 2002-2005, Gus Sholah mengabdikan diri sebagai Anggota Dewan Pembina YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia). Pada saat bersamaan juga aktif sebagai Ketua PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) (1999-2004), Ketua MPP ICMI (2000-2005) dan Anggota Dewan Penasehat ICMI (1995-2005).

Pada awal reformasi, dia pun sempat menjabat Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Umat (1998-1999) bersaing dengan kakaknya Gus Dur yang mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dia pun menjabat Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu PKU (1998-1999).

Selain itu, Gus Sholah juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Tahun 2002-2005 menjabat Ketua Umum Badan Pengurus Yayasan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Juga menjadi Ketua Badan Pendiri Yayasan Frum Indonesia Satu (2000), Anggota Pengurus IKPNI (Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia) sejak 1993-sekarang.

Juga menjadi Ketua Panitia Lomba Karya Tulis IKPNI (1995). Tahun 1982 mendirikanYayasan Baitussalam dan menjabat Ketua Badan Pengurus Yayasan Baitussalam (1982-1991), kemudian menjabat Anggota Badan Pengawas Yayasan Baitussalam (1991-1994). Tahun 1985 ikut sebagai Pendiri Yayasan Wahid Hasyim dan menjabat Sekretaris Badan Pendiri Yayasan Wahid Hasyim (1999). Bio TokohIndonesia.com | ch. robin simanullang
Footnote:
[1] Salahuddin Wahid, Adakah Kebohongan?, Opini, Kompas, Sabtu, 15 Januari 2011
Arsitek Pembawa Suara Moral - Ensiklopedi - Biografi Tokoh Indonesia

Tidak ada komentar: