Malang -
Masih pagi, dering telepon di rumah Ivan sudah berbunyi. "Halo! Ya, wes ntar tak anter barangnya, sampeyan tunggu ae, oke," kata Ivan Ferdiyanto, 26 tahun. Lalu menutup kembali itu telepon, di Malang, Sabtu (26/3/2011).
Kopi hangat selalu tersedia di mejanya setiap pagi. Dia mengambil sebatang rokok yang berada di dekat telepon. "Huddd... huuuu," asap rokok keluar dari mulutnya. "Beginilah cak, maklum, pesanan barang," ujarnya sambil memulai cerita usaha yang dijalankan.
Awalnya, sambung Ivan, tidak pernah terpikirkan bergelut dengan usaha penyambung pipa air.
Yang dipikirkan adalah ketika lulus kuliah, menjadi karyawan di
perusahaan, masuk jam 8 pagi dan pulang pukul lima sore. Setiap Sabtu
dan Minggu ia bisa libur. Tetapi, nasib berkata lain. Ia kini bukan
penerima gaji, melainkan pemberi gaji.
Usaha produksi penyambung pipa air, yang kini ia geluti telah dirintis
orang tuanya pada 1994 dengan nama CV Prima Star. Sejak lulus kuliah
tiga tahun yang lalu, ia mengambil alih kendali usaha. Dengan dibantu
oleh enam karyawan, perusahaannya mampu memproduksi tiga sampai empat
karung penyambung pipa atau setara dengan 2.000 unit per hari.
Apa yang didapatkan sekarang bukanlah sesuatu yang instan. Orang tua
Ivan, dengan bermodalkan sekitar Rp 500 ribu awalnya telah memulai usaha
dengan mengolah plastik bekas botol minuman, mainan, dan barang plastik
lainnya. Dengan kreatifitas yang dimiliki, plastik bekas itu diolah
lalu dibentuk menjadi penyambung pipa.
"Memasarkannya (barang) susah banget waktu itu. Kalau ditolak, jangan ditanya deh, aku sampai kasian banget ngeliatnya," jelasnya.
Setelah selesai produksi, satu bulan berikutnya baru mendapatkan
pembeli.Iitu saja, katanya, pembeli barang hanya dua orang. Namun ia
pantang mundur.
Melalui berbagai cobaan, akhirnya usaha yang ia geluti semakin
berkembang. Ivan mencoba memasuki pasar di seluruh Jawa Timur dengan
berbagai strategi di tengah persaingan yang ketat.
"Jika dulu orang tuaku cuma pasarnya di Malang dan Surabaya, kini aku
raih pasar (di) hampir semua wilayah Jawa Timur," tuturnya.
Bahkan, sambungnya, permintaan barang menjangkau hingga ke Pulau Garam
(Madura), beberapa kota di Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Kini dari
penjualan barang, dalam satu minggu ia mendapatkan keuntungan mulai dari
sekitar Rp 10 juta hingga Rp 15 juta.
Ivan pun bermimpi dengan mencoba memasuki pasar di seluruh Jawa dan Bali.
Selain itu, pasar ekspor pun menjadi bidikan selanjutnya.
"Lagi persiapin cak. Mungkin untuk awal, ekspor ke negara-negara (di) ASEAN aja dulu. Pelan-pelan lah," ucapnya.
Sumber :
http://www.today.co.id/read/2011/03/27/20277/dari_penyambung_pipa_duit_pun_mengalir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar