Jika anda menginginkan 'satu solusi' bagi ekspor dan impor anda, hubungi kami segera, kami akan melayani anda sebaik-baiknya...

Jumat, 25 Maret 2011

Mendulang Emas dari Tumpukan Styrofoam

Jakarta, www.today.co.id - Sebuah pertunjukan lawak berdurasi enam puluh menit telah usai. Para lakon yang terdiri dari deretan artis ternama ibukota pun meninggalkan panggungnya. Hanya puing styrofoam, yang sebelumnya menjadi dekorasi dan alat peraga, kini tersisa.

Satu hari, dua hari, berminggu, dan akhirnya bertahun styrofoam tak terpakai menggunung, membentuk limpahan limbah berkhasiat karbon. Tak terbayangkan jika itu benar terjadi.

Beruntunglah Cakung memiliki Surani. Pria berusia 43 tahun ini telah menghabiskan setengah hidupnya untuk bergumul dengan limbah styrofoam. Siapa sangka melalui tangan dinginnya, kumpulan sampah tak terpakai itu berhasil diubah menjadi batako dan ratusan bentuk benda lain yang memiliki nilai seni tinggi.

"Sejak 1984 saya bergelut dengan limbah styrofoam ini. Awalnya saya cuma bikin styrofoam jadi batako. Kemudian berkembang jadi barang-barang lain. Sampai sekarang kira-kira ada ratusan jenis barang lah," ujar Surani kepada www.today.co.id saat dijumpai di kawasan Cakung, Jakarta Timur, Kamis (24/2/2011).

Selain batako, karya lainnya ialah souvenir pernikahan, bingkai foto, kaligrafi, lukisan timbul, pot bunga, helm, patung, peta timbul, dekorasi, tempat pensil, dan ratusan bentuk lainnya.

Pria lulusan Sekolah Menengah Industri Kejuruan Negeri Jepara jurusan ilmu ukir ini semula bekerja di sebuah perusahaan event organizer sebagai dekorator acara. Sejak itu, hampir setiap hari rumahnya tak pernah kosong dengan sisa styrofoam hasil dekorasi.

"Dulu akhirnya saya bakar sampah styrofoam-nya, tapi saya lihat asap hitamnya (meng)ganggu sekali. Mana rumah saya waktu itu dekat SD (Sekolah Dasar). Polusi banget, akhirnya saya jadi berpikir untuk buat kerajinan dari limbah ini," jelas Surani.

Sejak itulah pertemanannya dengan benda sejenis polysterin ini mulai terjalin. Ia kemudian menciptakan alat potong styrofoam, mencampurkan jenis limbah tersebut dengan pasir dan semen untuk membentuk batako. Sampai pada akhirnya ia menemukan cara untuk membuat kerajinan bernilai seni dengan campuran styrofoam dan bensin.

Surani telah mengatakan awalnya ia sama sekali tak berpikir untuk mendapatkan keuntungan dari limbah tersebut.

"Keuntungan yang saya dapat sekarang ini seperti bonus saja untuk saya," kata Surani.

Namun siapa sangka, limbah yang didapatnya dengan cuma-cuma ini bisa menghasilkan omset mencapai sekitar Rp 40 juta dalam sebulan. Sementara keuntungan yang ia peroleh sekitar Rp 9 juta atau lebih dari 20 persen.

Surani sempat pula meraih beberapa penghargaan, salah satunya dari Elektronik Green City sebagai praktisi lingkungan hidup karena telah berhasil mendaur ulang produk styrofoam, plastik, dan kertas.

Tak hanya penghargaan, ia beberapa kali memperoleh bantuan dana dari pihak swasta. Yang mengherankan, upaya brilian Surani memperbaiki lingkungan ini tak menarik respon pemerintah untuk membantu perkembangan usahanya.

Surani telah mengatakan jika pemerintah sedikit memperhatikan perkembangan usaha daur ulang ini, tentu saja prospek ke depan akan sangat bagus tak hanya dari segi ekonomi, tetapi dari sisi lingkungan.

"Jangan cuma Gayus saja yang diperhatikan. Sampah saya juga butuh perhatian," candanya sembari tersenyum.

Sumber : www.today.co.id

Tidak ada komentar: