Jakarta -
Pengusaha furnitur Indonesia tak khawatir kalah bersaing di pasar
ekspor China. Padahal furnitur impor asal China justru telah menguasai
50% pasar furnitur impor di dalam negeri karena terkenal murah.
Ketua
Umum Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar
Tjahyono mengatakan saat ini produk furnitur China sudah tidak murah
lagi. Pasalnya, subsidi pemerintah China mulai ditarik, sehingga harga
di China sudah 5 kali lipat dengan harga produk Indonesia.
"Kita
tidak usah takut dengan China, desain kita bagus, kualitas kita bagus,
yang ini harus kita pertahankan. Apalagi China sekarang harganya sudah
mahal,
subsidi ditarik. Inilah waktu kita menang," ujarnya ketika
ditemui di Kantor Kementerian Perindustrian, Jl. Gatot Subroto, Jakarta,
Jumat (25/3/2011).
Menurut Ambar, produk furnitur Indonesia
memiliki segmentasi tersendiri sehingga tidak perlu berebut pasar dengan
produk China yang menguasai segmen bawah.
"Kita itu bisa mengisi pasar menengah ke atas, sedangkan China pasar menengah ke bawah," ujarnya.
Meskipun, Ambar akui kemampuan Cina merebut pasar sudah tidak bisa disaingi karena China merupakan ekspor pertama di dunia.
"Sudahlah, Cina itu negara maju, negara eksportir pertama di dunia. Jadi kita tertawa dan maju saja," ujarnya.
Sementara
itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan perlunya antisipasi
produk furnitur China ke Indonsesia. Caranya relokasi industri
furnitur dan terus berupaya meningkatkan daya saing, selama ini bahan baku furnitur Cina berasal dari Indonesia.
"Banyak
bahan baku diekspor di Indonesia, kita mau pindahin ke sini jadi
produksi dalam negeri, kedua meningkatkan daya saing industri nasional.
Justru kita mesti antisipasi. Membuat industri rotan dibeli industri
dibeli orang Indonesia, domestik market," tandasnya.
Sumber: http://www.detikfinance.com/kanal/1036/industri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar